Poster Film
|
Riri Riza
|
|
Mira Lesmana
|
|
Riri Riza
|
|
Nicholas Saputra
Wulan Guritno
Indra Birowo
Lukman Sardi
Sita Nursanti
Thomas Nawilis
Jonathan Mulia
Christian Audy
Donny Alamsyah
Robby Tumewu
Tutie Kirana
Gino Korompis
Surya Saputra
Happy Salma
|
|
Sinemart Pictures
|
|
147 Menit
|
|
Rp 7-10 miliar (perk.)
|
Sumber Data :
https://id.wikipedia.org/wiki/Gie
|
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikkan"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikkan"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Film besutan Riri Riza dan Mira Lesmana ini diangkat
berdasarkan buku Catatan Seorang Demonstran, yang merupakan kumpulan catatan
dan kisah hidup dari Soe Hok Gie. Sejak kecil, Gie – panggilannya, tumbuh
sebagai seorang keturunan Tionghoa yang memiliki sikap hidup yang berbeda
dengan orang kebanyakan. Semangat perjuangan, kesetiakawanan, dan kepedulian
akan sesama dan tanah airlah yang menjadi pondasi bagi Gie dalam membentuk
dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan memimpikan
Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasakan kedukaan"
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lahir di
Jakarta, kehidupan Gie berada dekat dengan pemerintah negara. Sejak kecil Gie
mengembangkan pemikiran dan minatnya terhadap konsep – konsep idealis yang
dikemukakan oleh para pemikir lewat buku – buku yang sering ia baca di
perpustakaan. Masa remaja dan kuliah Gie dijalani di masa orde lama, dibawah
kepemimpinan Soekarno. Pemerintahan Soekarno pada masa itu, ia anggap sebagai
pemerintahan yang diktator, korup, dan tidak memperhatikan kondisi rakyat yang
melarat. Ia merupakan salah satu motor dibalik pergerakan mahasiswa Indonesia
pada saat itu, dimana terjadi konflik
antara militer dan PKI. Sikapnya yang
seperti itu membuatnya sulit diterima lingkungannya.
Gie sering menulis kisah hidupnya di buku catatan hariannya |
Meskipun sama –
sama bergerak dengan mahasiswa, Gie juga sempat menentang beberapa rekan
mahasiswanya yang berkedudukan di senat, karena mereka memanfaatkan hal
tersebut demi keuntungan pribadi. Tindakan provokatif yang menurut Gie adalah
tindakan “tanpa pihak” itu membuatnya banyak mendapatkan dukungan sekaligus
menambah jumlah orang yang memusuhinya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Namun Gie tetaplah pada pendiriannya, ketika orang – orang disekitarnya
mulai menyesuaikan diri dengan rezim yang baru. Tulisan-tulisannya banyak
dimuat di surat kabar. Hampir semua tulisannya menyerang pihak-pihak yang tidak
sejalan dengan tujuannya.
Demonstrasi mahasiswa pada masa akhir orde lama |
Dibalik sifatnya
yang kritis dan provokatif, Gie merupakan sosok yang hobi menonton film dan
mendaki gunung. Hal ini menjadi dasar dia untuk membentuk organisasi MAPALA
(Mahasiswa Pencinta Alam) saat ia kuliah di Universitas Indonesia. Dia adalah
salah satu pendiri organisasi tersebut. Pada Desember 1969, Gie bersama rekan-rekannya,
mendaki ke puncak tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru. Dia lalu meninggal di Puncak Gunung Semeru di
pangkuan sahabatnya, Herman Lantang. Hingga hari ini, harapan Soe Hok Gie
tentang pemerintahan indonesia yang bersih dari korupsi dan kehidupan politik
yang tidak berpihak pada golongan, ras, suku, atau agama belum terwujud.
Soe Hok Gie |
Trailer Film Gie
OPINI
Sosok Gie bagikan sebuah lonceng yang mengingatkan kita saat terjadi sesuatu yang salah. Mengenai rasa kemanusiaan dan keadilan tanpa berpihak pada suatu golongan tertentu, yang mungkin kita lupakan pada saat ini. Bagaimana sikap seorang pemuda menghadapi kerasnya kehidupan menghadapi isu-isu politik dan sosial yang berkembang pada masa itu, patut kita terapkan pada masa sekarang ini. Generasi muda yang menonton film ini, harapannya ke depan mampu menerapkan kejujuran kegigihan dan sikap yang dimiliki Gie.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun, dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik"
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment